TIPU MUSLIHAT DAN TAHUN POLITIK.
Lanskap politik global kita hari ini diwarnai dengan adu argemntasi manipulatif dari para elite politik untuk menguasai pola pikir pemilih dan semata-mata hanya untuk merbeut simpatik masyarakat, sebabnya isu ekonomi misalnya yang menjadi bahasan utama baik dari kedua kubu yang bertarung pada "pilpres 2019" ternilai hanya menggoreng isu yang ada, dan tidak memikiki semacam komitmen bersama untuk segera memebenahi problem ekonomi dan segera menyajikannya kepada rakyat, inilah sebenarnya yang mesti menjadi point krusial dari tujuan perdebatan dari para elite politik, sehingga menjadi jelas dan publikpun mengerti kehadiran mereka dimedia sebagai bagian dari pada upaya ekudasi, transparansi dan solusi atas permalasahan yang ada.
Selain perosalan ekonomi, tentu pemanfaatan isu kemiskinan dan tingkat kesejahteraan juga tak akan luput sebagai bahan saling menjatuhkan, berangkat dari berbagai data yang diajukan oleh pemerintah, kemudian diserang oleh kelompok oposisi yang mengjaukan pernyataan-pernyataan bahwa data yang diperoleh pemerintah hari ini melalui badan pusat statistik mau lembaga survei yang ada,adalah menunjukan data yang berbanding terbalik dengan realitas yang tak serupa, artinya bahwa pemerintah tidak serius mengemban amanah sekaligus membawa kebohongan diruang publik, perdebatan yang terus-menerus itu ternyata berdampak pada hilangnya kesadaran mereka untuk menggagas visi misi yang matang untuk periode kepemimpinan selanjutnya, inilah yang membuat sehingga arah pembahasan tujuan mereka seketika menjadi buram dan tak memiliki kejelasan dan keberpihakan secara konseptual terhaadap rakyat, tak hanya itu, para elite politik juga semakin lancar melakukan propaganda kepentingan antar kelompok maupun etnis yang terdiri dari berbagai macam jenis isu persoalan, ditengah sengitnya kosntelasi politik di tanah air hari ini, pemnafaatan media yang begitu mengglobal penyebarannya di tatanan masyarakat indonesia, akhirnya isu hoax dan ujaran kebencian tak dapat terbendung dan dihindari kehadirannya, dan isu yang dimainkan dapat secara langsung membuat masyarakat yang tak mampu menyaring informasi biasanya terperangkap dalam fakta dan kebohonagan, bahkan juga tak sedikit yang menimbulkan pesimistis dan percekcokan didalam masyarakat akibat minimnya kesadaran masyarakat dalam menyaring informasi yang didapat. Publik hari ini memerlukan semacam pencarahan publik, mulai dari peran media sebagai jejaring informasi , peran para elite politik dalam pengertian demokrasi, serta tetap mengedepankan sikap toleransi dan pluralisme sehingga masyarakat pun mempunyai kebaruan perilaku dari yang awalnya bersifat percaya terhadap berita secara langsung, akan mulai menilai kembali informasi yang didapati, demokrasi pun sama halnya,masyarakat yang sering bentrok seusai pesta demokrasi harusnya diberikan wawasan yang toleran sehingga perbedaan pilihan bukanlah hal yang harus dibenarkan sebagai upaya membangun tembok pembatas, melainkan jalinan silaturahmi dan persaudaraan harus tetap terjaga dan semangat nasionlisme pun harus terus dipelihara sehingga kelak politik dan negara tidak menjadikan masyarakat hanya sebagai alat dalam momentum politik melainkan masyarakat adalah instrumen penentu arah kwbijalan politik, ekonomi, hukum dsb. ssesuai dengan kedaulatan rakyat yang dimaksudkan dalam konstitusi dan merupakan kewajiban dari sistem demokrasi, sehingga dari pencerahan itu akan dijadikan sebagai bahan pertimbangan guna melandasi rasionalitas masyarakat menilai siapa aktor yang pantas dijadikan pilihan mereka pada hari pemilihan nantinya.
Yusril Toatubun
( Malang, senin, 24 september, 2018 )
Lanskap politik global kita hari ini diwarnai dengan adu argemntasi manipulatif dari para elite politik untuk menguasai pola pikir pemilih dan semata-mata hanya untuk merbeut simpatik masyarakat, sebabnya isu ekonomi misalnya yang menjadi bahasan utama baik dari kedua kubu yang bertarung pada "pilpres 2019" ternilai hanya menggoreng isu yang ada, dan tidak memikiki semacam komitmen bersama untuk segera memebenahi problem ekonomi dan segera menyajikannya kepada rakyat, inilah sebenarnya yang mesti menjadi point krusial dari tujuan perdebatan dari para elite politik, sehingga menjadi jelas dan publikpun mengerti kehadiran mereka dimedia sebagai bagian dari pada upaya ekudasi, transparansi dan solusi atas permalasahan yang ada.
Selain perosalan ekonomi, tentu pemanfaatan isu kemiskinan dan tingkat kesejahteraan juga tak akan luput sebagai bahan saling menjatuhkan, berangkat dari berbagai data yang diajukan oleh pemerintah, kemudian diserang oleh kelompok oposisi yang mengjaukan pernyataan-pernyataan bahwa data yang diperoleh pemerintah hari ini melalui badan pusat statistik mau lembaga survei yang ada,adalah menunjukan data yang berbanding terbalik dengan realitas yang tak serupa, artinya bahwa pemerintah tidak serius mengemban amanah sekaligus membawa kebohongan diruang publik, perdebatan yang terus-menerus itu ternyata berdampak pada hilangnya kesadaran mereka untuk menggagas visi misi yang matang untuk periode kepemimpinan selanjutnya, inilah yang membuat sehingga arah pembahasan tujuan mereka seketika menjadi buram dan tak memiliki kejelasan dan keberpihakan secara konseptual terhaadap rakyat, tak hanya itu, para elite politik juga semakin lancar melakukan propaganda kepentingan antar kelompok maupun etnis yang terdiri dari berbagai macam jenis isu persoalan, ditengah sengitnya kosntelasi politik di tanah air hari ini, pemnafaatan media yang begitu mengglobal penyebarannya di tatanan masyarakat indonesia, akhirnya isu hoax dan ujaran kebencian tak dapat terbendung dan dihindari kehadirannya, dan isu yang dimainkan dapat secara langsung membuat masyarakat yang tak mampu menyaring informasi biasanya terperangkap dalam fakta dan kebohonagan, bahkan juga tak sedikit yang menimbulkan pesimistis dan percekcokan didalam masyarakat akibat minimnya kesadaran masyarakat dalam menyaring informasi yang didapat. Publik hari ini memerlukan semacam pencarahan publik, mulai dari peran media sebagai jejaring informasi , peran para elite politik dalam pengertian demokrasi, serta tetap mengedepankan sikap toleransi dan pluralisme sehingga masyarakat pun mempunyai kebaruan perilaku dari yang awalnya bersifat percaya terhadap berita secara langsung, akan mulai menilai kembali informasi yang didapati, demokrasi pun sama halnya,masyarakat yang sering bentrok seusai pesta demokrasi harusnya diberikan wawasan yang toleran sehingga perbedaan pilihan bukanlah hal yang harus dibenarkan sebagai upaya membangun tembok pembatas, melainkan jalinan silaturahmi dan persaudaraan harus tetap terjaga dan semangat nasionlisme pun harus terus dipelihara sehingga kelak politik dan negara tidak menjadikan masyarakat hanya sebagai alat dalam momentum politik melainkan masyarakat adalah instrumen penentu arah kwbijalan politik, ekonomi, hukum dsb. ssesuai dengan kedaulatan rakyat yang dimaksudkan dalam konstitusi dan merupakan kewajiban dari sistem demokrasi, sehingga dari pencerahan itu akan dijadikan sebagai bahan pertimbangan guna melandasi rasionalitas masyarakat menilai siapa aktor yang pantas dijadikan pilihan mereka pada hari pemilihan nantinya.
Yusril Toatubun
( Malang, senin, 24 september, 2018 )
Komentar
Posting Komentar