MENJADI PEMILI CERDAS DALAM PILKADA


Banyak hal yang memepengaruhi kita untuk memilih bakal calon pasangan dalam  pemilukada, dari bebagi segi kehidupan dan lingkungan akan membentuk kita untuk menilai siapakah yang menurut kita cocok untuk kita pilih, namun untuk sampai pada tataran memilih sebelumnya kita harus merefleksikan kembali hal mendasar apakah yang membuat kita yakin untuk memilih bakacalon yang nantinya kita pilih ?

Menurut hemat saya untuk kita mengenal sosok pemimpin bukan sesederhana kita tertarik dengan visi misi serta janji kampanye, namun ada hal yang lebih penting dari pada hal tersebut.
Dimana untuk kita mengenal sosok pemimpin yang ideal terutama kita melihat dari (track record) atau dari rekam jejak seseorang.
Siapalah dia ? Dan bagimana ka dia? Dan apakah dalam perjalanan kariernya sedikiynya sudah memberi bukti yang jelas telihat dari segi kemampuan dan pengabdian sebelum ada kemauan mencalonkan diri sebagai kepala daerah ?

Sebagai pemilu perlu untuk kita mengetahui hak dan kewajiban kita dalam pemilu nantinya, yang mana tercantum dalam dalam Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 yang secara jelas
menganut prinsip demokrasi dengan menyatakan, “Kedaulatan berada di tangan
rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar. Maka tentunya sebagai pemegang kedaulatan yang dijamin hak pilihnya dalam negara kita tidak bisa menjual suara kita akibat tergiur dengan uang yang marak digunakan sebagai jalan pintas untuk mendapatkan suara kita.

Suara kita menentukan bagaimana nantinya kehidupan kita selama satu periode atau dalam kurun waktu lima tahun kedepan, maka momen pesta demokrasi ini perlu untuk kita hindari segala bentuk politik mahar yang dijalankan dari berbagai kubu pasangan calon, hal ini akan mencermikan masyarakat yang cerdas dalam mimilih pemimpin yang tepat.

Banyak pemimpin yang bukam lahir dari rahim rakyat melainkan lahir dari rahim partai. Timbul tanda tanya apabila sudah terpiluh dan menjadi pemimpin, maka tetnu tidak menutup kemungkinan untuk pemimpin tersebut mengembalikan modal pencalonannya terlebih dahulu, kemudian memberikan jata kepada partai yang melahirkannya dulu setelah itu barulah dia mengabdi ke masayarakat. Ini menjadi konsekuensi logis untuk para pemimpin yang lahir dari rahim partai, kita tidak bisa bersikap apatis terhadap hal ini, sebab hal ini menjadi penentu arah gerak dari pemimpin yang terpilih nantinya.

Terkait visi misi, konstitusi kita tidak menjamin kalau semisalnya apa yang dijanjikan tidak terpenuhi atau tidak semaksimal hasil pekerjaannya, maka kita sebagai rakyat hanya bisa menyesal dan berharap untuk pemimpin baru lagi, nah jika konstitusi atau hukum tidak mengikat seseorang dalam menjabat sebagai pemimpin dalam konteks menjalankan visi misi harusnya visi misi kita sadari bahwa ini bukan faktor penjamin pula.

Terkait dengan kampanye, yang kita ketahui biasanya adalah "Kalau tidak janji tidak menang, tidak menang karna tidak janji" ini adalah hal-hal kecil yang harus kita pahami, seorang bakal calon yang berambisi tidak segan-segan untuk menaruh janji sebesar harapanya, jadi untuk menilai sesseorang tidak perlu untuk kita tergiur dengan uang, terpaky dengan visi misi,tapi memilih lah dengan cerdas sesuai dengan pemahaman kita mengenai sosok tersebut agar tidak menjadi suatu pebyesalan dihari nanti

Singkatnya, untuk menjadi pemilih yang cerdas kita hindari mahar politik, hindari janjin-janji untuk dipercaya dan ajaklah calin tersebut untuk berdialog dan menyampaikan lebutuhan agar apa yang nanti dikerjakan akan memberi hal yang sesuai dengan kebutuhan kita, kemauan kita dan aspirasi kita.

Penulis :Yusril Toatubun
Bentuk : Opini


Komentar

Postingan populer dari blog ini